Wednesday, 26 August 2015

My (never) finished Japanese novel.


Or perhaps I have to move on doing another thing, except saving all those researches about my (unfinished) novel :'(

My favorite dorama as a kid :), naive enough to say that Takigawa Jun was my childhood crush, hehehe.  I've combed the entire Google looking for his recent news, but sadly, he isn't around :( #RinduRinduAizawa

Or, maybe I have to start talking about the first time I had an itch about writing this novel. 

Growing up with Japanese dorama showing regularly on national TV, it sure gave us, 90s kids,  such profound effects. Especially the way we redefine what a handsome man is, what a beautiful woman is, and also what a good story is. 
At the time, Korean dramas didn’t have many slots in our national TV.  

I always have a penchant of self-center male character.  And the story would be like this: being snob at first, then met a strong-willed woman, then his life was turning around, then he proposed his love, odds happened, they could work it out, and at the end, they both lived happily ever after.  A generic kind of escapist romance novel :p

So, it was when I was at High School I finally then braced myself to start writing, and, hell, it's just stuck. I was having, they call it, a writer's block, or, maybe I was just suck in character development, or I was dreaming to have quite a talent to write a novel.
Funny enough, because I’ve collected all materials needed to build the story, for example, the setting will be located in Obihiro, a city located in Tokachi, Hokkaido island.  And how in the Earth I chose Obihiro as the city? Well, I certainly picked it from a short story in Tabliod Nova long time ago.

Here’s the tweets about the characters of my novels (I was just too lazy to write it down).















At some point, I wanted to get rid of its sexual abstinence, especially relation between Sakura Edwards & Raymond Jones (I ‘m too much reading Sandra Brown’s novels) I want Sakura to get drunk, taken care by him then they will end up sleeping together (It just doesn’t seem right, does it? Ugh, I need to stop reading SB’s novel right away!)
So, when do I start making this? I don’t know.  I just don't know.

Little excerpt from my (unfinished) novel:

Suasana sekitar lounge cukup sepi.  Hanya beberapa orang saja yang terlihat lalu lalang.  Sementara yang lainnya hanya terdiam duduk menekuri minuman mereka.  Seorang penyanyi separuh baya tampak terlihat menyanyi dan menghibur dengan gaya staccato yang membosankan, seolah-olah hanya dia sendiri yang menikmati lagu itu.

Toru memandangi raut muka perempuan yang sedang duduk di depannya.  Dia tersenyum sedikit masam.

‘Jadi, apa pertemuan ini akan jadi yang terakhir kalinya ?’

Tidak kalau kamu mau mati sekarang..’

Sakura menatapnya sekilas lalu beralih memandang ke arah penyanyi itu.  Dihisapnya rokoknya dalam-dalam seraya menyeruput Margaritanya sedikit demi sedikit.

‘Kau tahu, Margarita di sini enak sekali.  Aku akan sangat merindukannya.’ Dia tersenyum sekenanya lalu menghisap rokoknya dalam-dalam lagi.

‘Jadilah seorang pegawai Jones Enterprise yang baik Toru, setidak-tidaknya itu akan membuatku senang.’ Sakura menertawai dirinya sendiri.

Toru meneguk birnya dengan takzim.  Pandangannya menerawang menembus langit-langit lounge yang berwarna biru.  Kontras dengan pencahayaan lampu yang kuning temaram.  Toru beralih memperhatikan muka sahabatnya itu.  Sakura terlihat pucat terkena cahaya lampu.  Seharusnya dia bisa lebih cantik dengan rambut ikal kecoklatannya yang menjuntai panjang dengan mata bening coklat kenarinya itu.  Sakura betul-betul bukan tipikal gadis Jepang.

‘Setidak-tidaknya tidak akan ada lagi yang merasa repot untuk mengantarku pulang kalau aku mabuk,’ Dia tertawa lagi. ‘dan kau bisa leluasa bersama CEO baru itu,’ Sakura menyalakan sebatang rokok lagi.

‘Bersikaplah lebih baik kalau kau sudah berada di sana,’

‘Aku ?’ Aku selalu bersikap lebih baik.’ Dalih Sakura memotong dengan tidak sabar. ‘Kau sudah seperti Tuan Besar Raymond saja, huh!’

Toru tertawa. Jadi maumu apa ? Aku berusaha merebut posisinya demi kamu, begitu ?’

‘setidak-tidaknya itu bisa membuktikan eksistensi dirimu sebagai seorang pegawai bermuka dua di perusahaan ini.  Dan aku,..ah sudahlah, lupakan saja..aku sudah tahu apa yang ada dalam pikiranmu !’ Sakura menandaskan Margaritanya dengan satu tegukan besar.  Dia memanggil pelayan untuk menambahkan kembali minumannya.

‘Sudahlah Sakura, dalam kamus Ayahmu, Ray adalah seorang pahlawan dan kau adalah pengecut yang...’ Toru tidak melanjutkan kata-katanya lagi.  Apa yang bisa dia ungkapkan selain rasa kecewa yang begitu mendalam terhadap Sakura.


Sakura tidak menyahut.

‘Dan kau tahu, Ray adalah sahabatku yang terbaik dan aku akan selalu menyayangimu.  Jagalah baik-baik dirimu kalau kau sudah berada di Tokyo nanti.’

‘I always am..’ tukas Sakura.  ‘dan kelak suatu saat nanti kau harus memilih antara aku atau dia.’

‘aku akan tetap memilih dia, Sakura,’ Toru tersenyum sabar,

’karena kau telah resmi keluar dari perusahaan ini dan Ray adalah CEO baruku.  Sudah jelas kan ?’

Sakura hanya tersenyum sekenanya. ‘berdoa saja semoga perusahaan itu tidak akan hancur berantakan di tangannya,’

‘masih ada aku yang akan membantunya, ingat itu!

Sakura mengeluh lalu menyeruput Margaritanya lagi.

‘lalu.., kapan kau akan ke Jepang?’

‘kalau aku sudah merasa siap untuk ke sana,’

‘kau sudah dapat dokternya,’

‘belum.  Tapi tidak berapa lama lagi aku pasti akan menemukannya.’

‘ah, Toru, aku akan merasa rindu denganmu..dengan saat-saat ini..’

Hosaka’s family is quite a conservative so their house and surrounding maybe like this.

‘carilah teman yang akan mengurusmu kalau seandainya kau tidak sanggup pulang karena..setidak-tidaknya dia bisa lebih sabar daripada aku.

‘kalau begitu kenapa kau tidak jadi saudaraku saja,’

‘aku sudah menjadi saudaramu semenjak dulu.’

Sakura tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu.

‘pulanglah kalau kau merasa ingin pulang.  Tak baik terus-menerus bersembunyi seperti itu.  Bagaimana kalau suatu saat nanti dia berkenalan dengan seorang laki-laki dan menikah? Setidak-tidaknya dia harus tahu kalau selama ini –bertahun-tahun ini- kamu memperhatikannya!’

Toru menghela napas dalam-dalam, pandangannya kembali menerawang, jauh menembus langit-langit lounge.

‘Mungkin memang harus begitu,’

‘Lalu?’ Sakura menatapnya.

‘Aku dengar sekarang dia sibuk membantu dewan kota. Bukankah itu bagus?’ Toru tersenyum, berusaha mengalihkan pembicaraan. 

‘Toru, aku tak mengerti...’

‘Sudahlah, ‘kuantar kau pulang sekarang.’ Toru   Besok Ray akan memimpin rapat perdananya dan aku ingin itu sempurna. Ayo,’

Sakura tidak bertanya lagi.  Toru betul-betul membingungkan.